Jika aku hendak marah atau berleter 24 jam pun, tiada guna. Kadangkala aku pun sendiri keliru, gelora apa yang melanda. Punya seorang adik, yang latarbelakang pendidikannya agama, namun memberi alasan, 'BOSAN' dengan persekitaran itu.
Sukar mencari solusi kerana aku pernah merasakan yang sama.
Apa kalian rasa?
Aku bersaksi marsum ini bukan sekadar mengisi kosong ilusi. Ayuh bersama-samaku! Kita reguk cinta Ilahi. Kita telusuri agama suci.
Thursday, July 29, 2010
Wednesday, July 28, 2010
Futur-- antara bangun dan tersungkur
Apakah Anda merasa segan untuk melakukan perbuatan baik atau beribadah?
Apakah Anda selalu merasa ragu apabila harus mengambil sebuah keputusan?
Atau apakah Anda merasa menjalani hari-hari seperti robot yang tiada memiliki ruh?
Jika jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah “Ya”, maka tampaknya Anda harus berhati-hati karena mungkin penyakit yang bernama futur telah menjangkit. Apakah gerangan sebenarnya futur itu? Futur berasal dari bahasa Arab yang bermakna terputus, berhenti, malas dan lambat, setelah sebelumnya konsisten dan rajin. Futur sendiri, laiknya sabda Rasulullah SAW, merupakan sifat semula jadi manusia :
“Sesungguhnya bagi setiap amalan ada masa-masa rajin dan tiap-tiap masa rajin ada futur. Namun, barangsiapa yang futurnya menjurus kepada sunnahku,maka sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk. Barangsiapa pula yang futurnya menjurus kepada selain sunnahku, maka ia telah tersesat.” [HR.Al-Bazzar]
Dalam pengejawantahannya, futur dapat memiliki rentang gejala dari yang ringan hingga berat. Gejala futur yang berat biasanya dapat dideteksi secara cepat misalnya saja dari penurunan kuantitas ibadah fardhu atau melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Namun, biasanya yang kerap tidak disadari adalah gejala futur yang ringan seperti bersikap ragu-ragu atau melakukan perbuatan mubah secara berlebihan.
Etiologi atau penyebab futur sendiri ada beberapa hal di antaranya; berlebihan dalam beragama, berlebihan dalam perkara yang mubah, cinta dunia, dan lengah terhadap hal yang syubhat dan dosa. Seseorang yang membebani diri melebihi kemampuannya dalam segala hal kelak dapat mengalami frustasi kejiwaan dan keimanan. Untuk itu, Rasulullah SAW telah bersabda :
“Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah ialah yang dilakukan secara rutin walau pun sedikit.” [HR. Bukhari-Muslim]
Penyebab lain dari futur adalah berlebihan dalam perkara yang mubah. Salah satu contoh berlebihan adalah dalam hal makan. Meskipun makan merupakan satu keharusan, tetapi jika berlebihan dapat menyebabkan bobot tubuh bertambah hingga akhirnya sulit untuk beraktivitas termasuk beribadah. Selain itu, cinta kepada dunia juga dapat menyebabkan seseorang terjangkit penyakit futur.
Sikap cinta dunia akan berpengaruh sangat besar dan mendalam hingga pada kulminasinya dapat membuat jiwa menjadi lemah. Ini menjadi pintu bagi syaithan untuk memasuki jiwa orang-orang yang beriman. Hal lain yang juga kerap tidak disadari sebagai penyebab dari futur adalah lengah terhadap perkara syubhat dan dosa. Manusia dalam tiap episode kehidupannya pasti akan dapat melakukan khilaf dan dosa, tapi sekali-kali jangan melakukan sikap toleransi terhadapnya. Jika hal ini terjadi maka implikasinya adalah penurunan semangat hingga akhirnya terjadi futur.
Meskipun futur merupakan perkara yang lumrah terjadi pada seorang manusia, tetapi tetap saja futur harus mendapat penatalaksanaan secara tepat. Hal yang utama untuk dilakukan adalah dengan cara menjauhi tiap delik perbuatan maksiat yang kecil apalagi yang besar. Berusaha menjaga ibadah rutin di waktu siang dan malam serta menjauhi sikap berlebihan dalam hal yang mubah dapat pula menjadi cara untuk mengatasi futur.
Biar bagaimanapun, agar futur dapat ditangani secara benar, seseorang harus segera menyadari apabila dirinya telah terserang penyakit futur. Apabila ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjangkit futur, maka ia juga tidak akan segera bertindak untuk mengatasi futur tersebut. Semoga Allah SWT selalu menjaga tiap hidayah yang telah diberikanNya pada kita dan menjauhi kita dari penyakit futur. Amin Ya Rabb.
Apakah Anda selalu merasa ragu apabila harus mengambil sebuah keputusan?
Atau apakah Anda merasa menjalani hari-hari seperti robot yang tiada memiliki ruh?
Jika jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah “Ya”, maka tampaknya Anda harus berhati-hati karena mungkin penyakit yang bernama futur telah menjangkit. Apakah gerangan sebenarnya futur itu? Futur berasal dari bahasa Arab yang bermakna terputus, berhenti, malas dan lambat, setelah sebelumnya konsisten dan rajin. Futur sendiri, laiknya sabda Rasulullah SAW, merupakan sifat semula jadi manusia :
“Sesungguhnya bagi setiap amalan ada masa-masa rajin dan tiap-tiap masa rajin ada futur. Namun, barangsiapa yang futurnya menjurus kepada sunnahku,maka sesungguhnya ia telah memperoleh petunjuk. Barangsiapa pula yang futurnya menjurus kepada selain sunnahku, maka ia telah tersesat.” [HR.Al-Bazzar]
Dalam pengejawantahannya, futur dapat memiliki rentang gejala dari yang ringan hingga berat. Gejala futur yang berat biasanya dapat dideteksi secara cepat misalnya saja dari penurunan kuantitas ibadah fardhu atau melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Namun, biasanya yang kerap tidak disadari adalah gejala futur yang ringan seperti bersikap ragu-ragu atau melakukan perbuatan mubah secara berlebihan.
Etiologi atau penyebab futur sendiri ada beberapa hal di antaranya; berlebihan dalam beragama, berlebihan dalam perkara yang mubah, cinta dunia, dan lengah terhadap hal yang syubhat dan dosa. Seseorang yang membebani diri melebihi kemampuannya dalam segala hal kelak dapat mengalami frustasi kejiwaan dan keimanan. Untuk itu, Rasulullah SAW telah bersabda :
“Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu karena sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah ialah yang dilakukan secara rutin walau pun sedikit.” [HR. Bukhari-Muslim]
Penyebab lain dari futur adalah berlebihan dalam perkara yang mubah. Salah satu contoh berlebihan adalah dalam hal makan. Meskipun makan merupakan satu keharusan, tetapi jika berlebihan dapat menyebabkan bobot tubuh bertambah hingga akhirnya sulit untuk beraktivitas termasuk beribadah. Selain itu, cinta kepada dunia juga dapat menyebabkan seseorang terjangkit penyakit futur.
Sikap cinta dunia akan berpengaruh sangat besar dan mendalam hingga pada kulminasinya dapat membuat jiwa menjadi lemah. Ini menjadi pintu bagi syaithan untuk memasuki jiwa orang-orang yang beriman. Hal lain yang juga kerap tidak disadari sebagai penyebab dari futur adalah lengah terhadap perkara syubhat dan dosa. Manusia dalam tiap episode kehidupannya pasti akan dapat melakukan khilaf dan dosa, tapi sekali-kali jangan melakukan sikap toleransi terhadapnya. Jika hal ini terjadi maka implikasinya adalah penurunan semangat hingga akhirnya terjadi futur.
Meskipun futur merupakan perkara yang lumrah terjadi pada seorang manusia, tetapi tetap saja futur harus mendapat penatalaksanaan secara tepat. Hal yang utama untuk dilakukan adalah dengan cara menjauhi tiap delik perbuatan maksiat yang kecil apalagi yang besar. Berusaha menjaga ibadah rutin di waktu siang dan malam serta menjauhi sikap berlebihan dalam hal yang mubah dapat pula menjadi cara untuk mengatasi futur.
Biar bagaimanapun, agar futur dapat ditangani secara benar, seseorang harus segera menyadari apabila dirinya telah terserang penyakit futur. Apabila ia tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjangkit futur, maka ia juga tidak akan segera bertindak untuk mengatasi futur tersebut. Semoga Allah SWT selalu menjaga tiap hidayah yang telah diberikanNya pada kita dan menjauhi kita dari penyakit futur. Amin Ya Rabb.
Friday, July 9, 2010
Cinta agung yang kusia-siakan. (rentetan entri Terima Kasih kalian kerana menawarkan cinta)
Apa sebenarnya yang kau mahu? Mata ini sudah membengkak. Air mata yang selama ini kutahan, membeku dalam dada. Keras, kuketuk bertalu-talu, dan bunyinya berdengung. Kukira yang keras itu, hatiku! Masya Allah.
Umpama sebuah perjalanan, permulaannya lurus tetapi membengkok di tengah-tengah, penuh duri dan onak berbisa. Ampuni aku Ya Allah. Ku kira dengan hujah-hujah hasil dari apa yang kukutip setiap kali melintasi pertuturan manusia, itu sudah memadai.
Libang-libu, jiwa sebu, tidak keruan dan berbaur kepahitan. Malam ini umpama kumenyandang watak utama. Nihil menyerangku saat bersendiri. Nihil, nihil sungguh.
Nun jauh dibawah sana, aku lihat sesuatu terlakar pada lantai emosi. Cantik, utuh lagi kulihat ianya bercorak-corak menarik. Namun pabila kudekati, ianya legam, gelap dan hitam. Oh! Aku tertipu!
Ada suara menjawab, suara yang selama ini ku biarkan terbang di sayap angin. Suara yang kuanggap selama ini tiada berguna, apatah lagi kuambil kira sebagai keperluan penting untuk kufikirkan.
" Hey si tolol! itu egomu sendiri!"
Apakah aku perlu menangis lagi? Atau apa biar kutahan sebak itu sehingga segalanya mendap lalu pejal dan mengeras seperti batu?
Ketawa panjang, galak tanpa henti. Nadanya beragaman, sekata dan terkadang meninggi. Aku jadi takut.
" Kenapa kau takut? Aku ini sebahagian darimu, aku ego yang sering kau bangga-banggakan itu!"
Aku mahu lari dari situ. Aku takut ego mendakapku rakus, melemaskan, menutup pandangan, menekup pernafasan, menghalang pendengaran. Tidak, aku tidak mahu begitu.
"Berkawanlah denganku, oh ya aku kenalkan, ini sahabatku, namanya buruk sangka."
Aku hilang arah! Buntu! Mereka menghulurkan tangan, menuntut sebuah ikatan. Ketenangan metah sirna. Serasa ingin mati, darah melonjak ke kepala. Menekan-nekan, menunjal-nunjal sarafku. Sakit!!!
Allah, Allah, Allah, Allah..........
Ampuni aku ya Allah, Tatkala KAU sudah hamparkan sebuah medan untukku berjuang, aku mundur kerana hasutan syaitan. Kusangka langkahku ini paling baik, rupanya mata hati ini terhijab dari kebenaran. Sungguh-sungguh aku malu dengan manusia, tetapi dimana aku mahu letakkan maluku pada MU ya ALLAH.
Ya Allah, aku sering melupakanmu.
Layakkah aku menerima nikmat-nikmatMU ya ALLAH? Sedangkan aku tidak tulus mengenal erti syukur...................
Astaghfirullah.......Akulah manusia yang sering melupakanMu, ampunkanlah aku.
Umpama sebuah perjalanan, permulaannya lurus tetapi membengkok di tengah-tengah, penuh duri dan onak berbisa. Ampuni aku Ya Allah. Ku kira dengan hujah-hujah hasil dari apa yang kukutip setiap kali melintasi pertuturan manusia, itu sudah memadai.
Libang-libu, jiwa sebu, tidak keruan dan berbaur kepahitan. Malam ini umpama kumenyandang watak utama. Nihil menyerangku saat bersendiri. Nihil, nihil sungguh.
Nun jauh dibawah sana, aku lihat sesuatu terlakar pada lantai emosi. Cantik, utuh lagi kulihat ianya bercorak-corak menarik. Namun pabila kudekati, ianya legam, gelap dan hitam. Oh! Aku tertipu!
Ada suara menjawab, suara yang selama ini ku biarkan terbang di sayap angin. Suara yang kuanggap selama ini tiada berguna, apatah lagi kuambil kira sebagai keperluan penting untuk kufikirkan.
" Hey si tolol! itu egomu sendiri!"
Apakah aku perlu menangis lagi? Atau apa biar kutahan sebak itu sehingga segalanya mendap lalu pejal dan mengeras seperti batu?
Ketawa panjang, galak tanpa henti. Nadanya beragaman, sekata dan terkadang meninggi. Aku jadi takut.
" Kenapa kau takut? Aku ini sebahagian darimu, aku ego yang sering kau bangga-banggakan itu!"
Aku mahu lari dari situ. Aku takut ego mendakapku rakus, melemaskan, menutup pandangan, menekup pernafasan, menghalang pendengaran. Tidak, aku tidak mahu begitu.
"Berkawanlah denganku, oh ya aku kenalkan, ini sahabatku, namanya buruk sangka."
Aku hilang arah! Buntu! Mereka menghulurkan tangan, menuntut sebuah ikatan. Ketenangan metah sirna. Serasa ingin mati, darah melonjak ke kepala. Menekan-nekan, menunjal-nunjal sarafku. Sakit!!!
Allah, Allah, Allah, Allah..........
Ampuni aku ya Allah, Tatkala KAU sudah hamparkan sebuah medan untukku berjuang, aku mundur kerana hasutan syaitan. Kusangka langkahku ini paling baik, rupanya mata hati ini terhijab dari kebenaran. Sungguh-sungguh aku malu dengan manusia, tetapi dimana aku mahu letakkan maluku pada MU ya ALLAH.
Ya Allah, aku sering melupakanmu.
Layakkah aku menerima nikmat-nikmatMU ya ALLAH? Sedangkan aku tidak tulus mengenal erti syukur...................
Astaghfirullah.......Akulah manusia yang sering melupakanMu, ampunkanlah aku.
Terima kasih kalian, kerana menawarkan aku cinta.
Entri kali ini bukan bersifat penerangan, ilmiah ataupun perbincangan isu-isu berat dan kritis. Entri kali ini bukan juga berkisah tentang hukum-hukum agama dan pandangan sesiapa tentang dunia yang semakin diselaputi 'keseronokan'. Bukan, bukan itu yang aku hendak sampaikan. Cuma kali ini gelodak jiwa beralun agak deras, menghempas pesisir hati. Aduhai! memang manusia suka berkeluh-kesah. Aku insafi itu.
Aku tidak mahu berbasa-basi, apatah lagi memintal kata-kata yang sukar difahami. Ah! Sudah jiwa begini, masih mahu main nafi dan nafi?
Aku mengenal tarbiah disini kawan-kawanku. Ya, aku yakin disini kerana pada mulanya aku kira tarbiah itu bermula saat aku mengenal buku-buku agama. Rupa-rupanya tarbiah itu lebih dari sekadar memahami buku dan berguru.
Pengislahan, aku belajar pula perkataan baru. Semakin hari, metah aku rasakan diri ini diselimuti tarbiah yang indah. Hawanya menyejukkan atma yang selama ini kekeringan. Benar, aku menikmatinya dengan rasa cinta. Aku mengenal cinta.
Kalian perasan entri yang aku pilih menyebut tentang usrah? Ya, aku menyertai usrah. 2 tahun lalu aku berkenalan dengan usrah. Dalam novel-novel islamik yang pernah kubaca, hero dan heroinnya ahli usrah. Peribadinya sangat sempurna dan naluri remaja ini meronta-ronta ingin merebut cinta yang sama. Naluri ini juga mulai cenderung ke arah ke arah bagaimana mahu menjadi muslimah yang benar-benar seperti permata syurga.
Dan aku mula berusrah....
Menyelami iklim usrah, aku sedar rupanya niat itu paling utama. Cepat-cepat aku betulkan kembali niat ini agar tidak lagi dicemari dengan cinta duniawi. Masuk usrah kerana pengaruh kisah cinta novel islamik? (ketawa sendiri)
Setahun, setahun setengah, dua tahun...Aku konsisten berusrah. Bertukar naqibah dan murabbi.
Namun bukan selamanya pelangi yang kunikmati.
Kerana sikapku yang tidak pernah berpuas hati dan berlapang dada dengan penjelasan yang diberikan mereka dalam setiap hal, aku dilabel 'degil' atau 'keras hati' mungkin. Tetapi selagi aku tidak bertanya dan bertanya sehingga mengetahui akar umbinya sesuatu jawapan itu, diri ini tidak akan tenang. Aku ingin segalanya sahih agar apa yang aku sampaikan kepada orang lain nanti, benar dan tiada palsu semata. Titik!
Akhirnya aku merasakan bukan berusrah tetapi 'diusrahkan'.
Aku merasa ditentang. Sungguh-sungguh aku geram apabila hujahku sering dipatahkan. Sedangkan bicara ini bukan sengaja kubuka. Apa yang salah, harus diperbetulkan dan bukan berpijak pada prinsip bahawa ' aku bukan budak sekolah agama, tetapi tak bermakna aku tidak boleh bercakap tentang agama.'
Memang Islam agama yang mudah, tetapi bukan beerti kita boleh mengambil mudah tentang Islam! Cukup wahai diri, jangan kau biarkan amarah mengawal akalmu. Tidakkah kau mendengar tawa iblis yang sedang 'menonton'mu bermusuhan dengan saudara kamu sendiri?
Mungkin aku yang salah..
Hadir seorang lelaki, mengusap nubari lembut seorang wanita. Aku merasa pendirianku selama ini disokong padu. Menegur dan mengkritik itu tidak apa, asalkan benar, fikirku. Sama ada aku dibutakan hati oleh nuansanya ataupun memang aku dilorong yang benar, masih ku mencari jawapan tentang itu. Namun Allah SWT itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. DIA tidak pernah membiarkan aku berseorangan. Satu demi satu petunjuk hadir, memberikanku kekuatan untuk membuat kesimpulan.
Aku jarakkan diri daripanya, agar silau rindu tiada menganggu. Khuatir merajai kalbu, jika nafsu mula beraja. -kerana syaitan sentiasa menunggangi manusia.
Usrah oh usrah. Aku pernah merasai manisnya, kelat juga bersisa di reseptor rasa. Dan, yang kelat itu aku tidak tahu datangnya dari mana. Adakah aku terlalu ego atau kejam, membiarkan air mata orang lain berjuraian kerana kelancanganku berkata-kata? Ah! aku bukan mahu melaga-lagakan manusia, kerana yang haq tetap haq. Manusia mana yang tidak pernah lepas dari kesilapan bukan?
Pesan ummi, "usah kau cari masalah dengan manusia, iyakan yang benar dan tegah yang batil semampumu sahaja, jangan kau berlebih-lebih dalam segala."
Ketika ini aku termenung lama.
Usrah itu seharusnya dipenuhi dengan sayang, kasih dan cinta. Ya, itu sepatutnya. Aku lihat mereka bahagia, tetapi kenapa bukan diri ini? Apakah aku tidak cukup layak untuk menerimanya. Lalu aku melihat diri ini tetap keseorangan, dipenjuru sepi.
Tekad, aku ingin pergi.
Maafkan manusia ini, terima kasih kepada kalian---yang telah menawarkanku cinta agung.
Aku tidak mahu berbasa-basi, apatah lagi memintal kata-kata yang sukar difahami. Ah! Sudah jiwa begini, masih mahu main nafi dan nafi?
Aku mengenal tarbiah disini kawan-kawanku. Ya, aku yakin disini kerana pada mulanya aku kira tarbiah itu bermula saat aku mengenal buku-buku agama. Rupa-rupanya tarbiah itu lebih dari sekadar memahami buku dan berguru.
Pengislahan, aku belajar pula perkataan baru. Semakin hari, metah aku rasakan diri ini diselimuti tarbiah yang indah. Hawanya menyejukkan atma yang selama ini kekeringan. Benar, aku menikmatinya dengan rasa cinta. Aku mengenal cinta.
Kalian perasan entri yang aku pilih menyebut tentang usrah? Ya, aku menyertai usrah. 2 tahun lalu aku berkenalan dengan usrah. Dalam novel-novel islamik yang pernah kubaca, hero dan heroinnya ahli usrah. Peribadinya sangat sempurna dan naluri remaja ini meronta-ronta ingin merebut cinta yang sama. Naluri ini juga mulai cenderung ke arah ke arah bagaimana mahu menjadi muslimah yang benar-benar seperti permata syurga.
Dan aku mula berusrah....
Menyelami iklim usrah, aku sedar rupanya niat itu paling utama. Cepat-cepat aku betulkan kembali niat ini agar tidak lagi dicemari dengan cinta duniawi. Masuk usrah kerana pengaruh kisah cinta novel islamik? (ketawa sendiri)
Setahun, setahun setengah, dua tahun...Aku konsisten berusrah. Bertukar naqibah dan murabbi.
Namun bukan selamanya pelangi yang kunikmati.
Kerana sikapku yang tidak pernah berpuas hati dan berlapang dada dengan penjelasan yang diberikan mereka dalam setiap hal, aku dilabel 'degil' atau 'keras hati' mungkin. Tetapi selagi aku tidak bertanya dan bertanya sehingga mengetahui akar umbinya sesuatu jawapan itu, diri ini tidak akan tenang. Aku ingin segalanya sahih agar apa yang aku sampaikan kepada orang lain nanti, benar dan tiada palsu semata. Titik!
Akhirnya aku merasakan bukan berusrah tetapi 'diusrahkan'.
Aku merasa ditentang. Sungguh-sungguh aku geram apabila hujahku sering dipatahkan. Sedangkan bicara ini bukan sengaja kubuka. Apa yang salah, harus diperbetulkan dan bukan berpijak pada prinsip bahawa ' aku bukan budak sekolah agama, tetapi tak bermakna aku tidak boleh bercakap tentang agama.'
Memang Islam agama yang mudah, tetapi bukan beerti kita boleh mengambil mudah tentang Islam! Cukup wahai diri, jangan kau biarkan amarah mengawal akalmu. Tidakkah kau mendengar tawa iblis yang sedang 'menonton'mu bermusuhan dengan saudara kamu sendiri?
Mungkin aku yang salah..
Hadir seorang lelaki, mengusap nubari lembut seorang wanita. Aku merasa pendirianku selama ini disokong padu. Menegur dan mengkritik itu tidak apa, asalkan benar, fikirku. Sama ada aku dibutakan hati oleh nuansanya ataupun memang aku dilorong yang benar, masih ku mencari jawapan tentang itu. Namun Allah SWT itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. DIA tidak pernah membiarkan aku berseorangan. Satu demi satu petunjuk hadir, memberikanku kekuatan untuk membuat kesimpulan.
Aku jarakkan diri daripanya, agar silau rindu tiada menganggu. Khuatir merajai kalbu, jika nafsu mula beraja. -kerana syaitan sentiasa menunggangi manusia.
Usrah oh usrah. Aku pernah merasai manisnya, kelat juga bersisa di reseptor rasa. Dan, yang kelat itu aku tidak tahu datangnya dari mana. Adakah aku terlalu ego atau kejam, membiarkan air mata orang lain berjuraian kerana kelancanganku berkata-kata? Ah! aku bukan mahu melaga-lagakan manusia, kerana yang haq tetap haq. Manusia mana yang tidak pernah lepas dari kesilapan bukan?
Pesan ummi, "usah kau cari masalah dengan manusia, iyakan yang benar dan tegah yang batil semampumu sahaja, jangan kau berlebih-lebih dalam segala."
Ketika ini aku termenung lama.
Usrah itu seharusnya dipenuhi dengan sayang, kasih dan cinta. Ya, itu sepatutnya. Aku lihat mereka bahagia, tetapi kenapa bukan diri ini? Apakah aku tidak cukup layak untuk menerimanya. Lalu aku melihat diri ini tetap keseorangan, dipenjuru sepi.
Tekad, aku ingin pergi.
Maafkan manusia ini, terima kasih kepada kalian---yang telah menawarkanku cinta agung.
Wednesday, July 7, 2010
USRATI- RASAILAH HATI YANG BASAH KERANA CINTA ALLAH
USRAH DAN MATLAMATNYA
Usrah : Pengenalan, Tujuan dan Pelaksanaan.
Pengenalan
Usrah dalam bahasa Arab ialah keluarga.
Maksud perkataan usrah dalam pengertian kita ialah kumpulan Afradul Muslimin (individu-individu muslim) yang beriman dengan agama ini, berusaha tolong menolong antara satu dengan yang lain untuk memahami dan menghayati Islam.
Bilangan kehadiran adalah terhad diperingkat-peringkat tertentu, seperti peringkat Majlis Syura, ahli-ahli Jawatankuasa Utama, dan lujnah-lujnah.
Tempat Usrah
Usrah boleh diadakan di rumah anggota usrah dengan cara bergilir-gilir atau di masjid, di surau, di musalla atau sebagainya.
Tujuan Usrah
Majlis usrah mempunyai beberapa tujuan, di antaranya:
1. Meningkatkan kefahaman anggota-anggota dan menentukan sikap Islam terhadap satu-satu masalah.
2. Menambahkan penghayatan dan menimbulkan perasaan tanggungjawab terhadap ajaran Islam secara peribadi dan jama’ah.
3. Membina satu generasi Islam yang mengenali Islam sebagai "Din wa Daulah", menghayatinya di dalam kehidupan peribadi, menjadikan azam dan cita-cita serta tindakan mendawahkannya sebagai sistem hidup dalam keluarga, masyarakat dan negara.
4. Membina generasi Islam yang menegakkan akhlak Islamiyyah di dalam kehidupan diri dan sensitif terhadap segala perkara yang tidak Islamik.
5. Membina generasi Islam yang insaf dan sedar akan cabaran dan godaan yang berbagai bentuk yang mengancam kemurniaan Islam.
6. Mendidik perasaan anggota supaya bertanggungjawab terhadap Allah dan RasulNya.
7. Menghubungkan anggota secara langsung dengan Al-Quran dan Al-Sunnah.
8. Mengikhlaskan diri anggota kepada Allah, demi untuk mencari keredhaannnya, mengharapkan pahala dan merasa gerun dengan siksaanNya. Bukan kerana segan dengan naqib usrah atau kumpulannya tetapi kerana ketaatan kepada Allah. Oleh itu setiap anggota hendaklah membetulkan niatnya kemudian diikuti dengan amalan sekalipun tanpa arahan dari sesiapa.
9. Menggiatkan dan menyelaraskan usaha mempelajari dan memahami Islam di kalangan anggota.
10. Menyediakan tenaga yang benar-benar bersedia untuk Islam demi kepentingan gerakan Islam.
11. Memelihara organisasi dari dimasuki pemikiran yang keliru, sumbang dari musuh.
12. Memperkukuhkan perasaan bersaudara dan memupuk semangat bertindak secara jamaah.
Perlaksanaan
1. Usrah diadakan pada tiap-tiap minggu atau tiap-tiap dua minggu sekali dan merupakan program tarbiyyah yang tetap.
2. Majlis usrah dikendalikan oleh seorang naqib atau naqibah.
3. Sembahyang berjamaah, berwirid, membaca Al-Quran adalah rukun utama majlis usrah.
4. Sebaik-baiknya majlis usrah adalah mengikut cara di bawah ini:
1. Bermula dengan sembahyang (maghrib) berjemaah.
2. Berwirid dengan Al-Mathurat (1)
3. Membahas dan mengkaji kertas-kertas kerja dan sebagainya, yang telah disediakan oleh naqib atau naqibah.
5. Majlis usrah mestilah mempunyai tajuk yang tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahuludan dimaklumkan kepada anggota, sebaik-baiknya telah ditentukan bahan rujukan atau teksnya.
6. Sesudah berbincang dan berbahas dan bertukar-tukar fikiran dengan teliti, maka majlis mengambil satu keputusan atau rumusan yang menjadi pegangan kepada semua dan usrah ditegah sama sekali ditamatkan tanpa menghasilkan sesuatu persetujuan. Perbahasan boleh dilanjutkan kepada beberapa siri usrah sehingga dapat rumusan yang bulat dan konkrit, sekiranya tajuk perbahasan merupakan isu pokok dan memerlukan kepada pandangan pimpinan yang lebih tinggi, maka hendaklah dirujuk kepada peringkat yang lebih bertanggungjawab dalam jamaah.
7. Tajuk yang akan diusrahkan pada minggu akan datang ditentukan oleh naqib atau menurut ketetapan bersama atau menurut arahan pimpinan.
8. Sebahagian daripada waktu usrah hendaklah diperuntukkan khusus kepada organisasi dan hal ehwal semasa dan perkembangan perjuangan umat Islam di dalam dan luar negara.
9. Usrah dikehendaki bersurai disekitar jam 11 malam, sesudah membaca tasbih kaffarah dan suratul Al’’Ashr.
ADAB-ADAB USRAH
Di antara adab-adab usrah itu adalah seperti berikut:
1. Mengikhlaskan niat hanya kepada Allah
Maksudnya:
"Dan tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya semua menyembah Allah, dengan tulus ikhlas menjalankan agama untukNya semata-mata, berdiri lurus dan menegakkan solat serta menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang benar."
(Al-Bayyinah : 5)
Sabda Rasulullah s.a.w
Maksudnya:
"Hanya segala amal itu dengan niat dan hanya bagi tiap-tiap seseorang itu apa yang dia niatkan."
(Muttafaq ‘alaih)
2. Meminta izin untuk masuk serta memberi salam sebelum memasuki rumah anggota atau tempat diadakan majlis usrah. Firman Allah Taala:
Maksudnya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah engkau semua memasuki rumah yang bukan rumah-rumah mu sendiri, sehingga engkau semua meminta izin terlebih dahulu serta mengucapkan kepada ahlinya (orang yang ada di dalam)."
(An-Nur : 27)
3. Datang ke majlis tepat pada waktu yang dijanjikan atau ditetapkan.
Sabda Rasulullah s.a.w.
Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tanda orang munafiq itu tiga, iaitu jikalau berkata dia berdusta, jikalau berjanji dia memungkiri dan jikalau di amanahkan dia khianat."
Ia menambah di dalam riwayat Muslim:
"Sekalipun dia berpuasa dan bersembahyang dan mengaku dirinya orang Islam."
(Muttafaq ‘alaih)
4. Datang ke majlis dalam keadaan berwuduk dan memakai pakaian yang sopan, bersih, suci serta sempurna.
Maksudnya :
Dari Abu Malik Al-Asy’ari r.a. katanya : "Rasulullah s.a.w. bersabda : "Bersuci itu separuh dari keimanan."
(Muslim)
Sabda Rasulullah s.a.w. lagi :
Maksudnya :
"Dari Usman bin Affan r.a. katanya : "Rasulullah s.a.w. bersabda : "Barangsiapa yang berwuduk lalu memperbaguskan wuduknya (menyempurnakan sesempurna mungkin) maka keluarlah kesalahan-kesalahannya sehingga keluarganya itu sampai dari bawah kuku-kukunya : "
(Muslim)
Perkara ini diperlukan supaya :
o Senang untuk mendirikan solat.
o Memudahkan apabila memegang Al-Quran dan ayat-ayatnya dalam teks usrah.
o Jauh dari gangguan syaitan… dapat berbincang tanpa dipengaruhinya.
5. Jika ada yang tidak dapat hadir kerana uzur syar’ie, hendaklah segera memberitahu kepada naqib atau naqibah sekurang-kurangnya kepada sahabat yang menjadi tuan rumah. Hal ini bertujuan untuk:
o Melatih dari bertanggungjawab dalam setiap kerja.
o Supaya naqib dan sahabat tidak tertunggu-tunggu.
o Supaya dapat mengelakkan prasangka yang tidak baik.
o Supaya makanan yang disediakan oleh tuan rumah tidak berlebihan.
6. Datang ke majlis dengan persiapan yang telah diamanahkan setelah kita sanggup untuk menunaikannya. Firman Allah s.w.t:
Maksudnya:
"Dan penuhilah perjanjian kerana sesungguhnya perjanjian itu akan ditanya."
(Al-Isra’ : 34)
* * * * Dan hadith di dalam adab yang ke 3 * * * *
Perkara ini diperlukan adalah:
o Supaya majlis usrah itu berjalan sebagaimana yang dirancang.
o Berlatih menunaikan amanah yang kecil sebelum diberi amanah yang lebih besar.
o Supaya menjadi pendorong dan contoh kepada sahabat yang kemudian.
Kegagalan kita berbuat demikian dibimbangkan akan menjadi alasan kepada sahabat yang lain untuk tidak membuat persiapan di masa akan datang.
7. Membawa dan menyediakan keperluan-keperluan yang diperlukan di dalam majlis usrah seperti Al-Quran, teks usrah, buku-buku catitan, Al-Mathurat (jika perlu) dan lain-lain yang diperlukan. Ini kerana;
o Supaya majlis usrah berjalan dengan lancar.
o Kegagalan berbuat demikian akan mengganggu sahabat yang dikongsi teksnya.
8. Datang ke majlis dengan hasrat untuk mengukuhkan ukhuwwah dan berkasih sayang kepada Allah.
Maksudnya:
"Dari Abu Hurairah r.a. katanya : "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Taala berfirman pada hari Qiamat "Manakah orang-orang yang saling cinta mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan Aku beri naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri."
(Muslim)
9. Berazam untuk mendapatkan ilmu dan kefahaman bagi diamalkan dan disampaikan kepada orang lain… kecuali perkara yang rahsia.
Maksudnya:
"Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan di situ, maka Allah akan memudahkan baginya suatu jalan untuk menuju ke syurga."
(Muslim)
10. Duduk dengan bersopan santun
Kerana majlis itu adalah majlis zikrullah dan dihadiri sama ileh para Malaikat.
Maksudnya:
"Dan tunduklah sayapmu bersikap sopan santunlah terhadap orang mukminin."
(Al-Hijr : 88)
Sabda Rasulullah s.a.w.:
Maksudnya:
"… dari Abu Hurairah r.a. dan Abu Said r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada suatu kaum pun duduk-duduk sambil berzikir kepada Allah melainkan di kelilingi oleh para Malaikat dan ditutupi oleh kerahmatan serta turunlah kepada mereka itu ketenangan di dalam hati mereka dan Allah mengingatkan mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisinya yakni di sebut-sebutkan hal ehwal mereka itu di kalangan para Malaikat."
11. Mendahului majlis dengan membaca Al-Fatihah dan berselawat kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Maksudnya :
"Dan daripada (Abu Hurairah) dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Tiada sesuatu kaum pun yang duduk di suatu majlis yang mereka itu tidak berzikir kepada Allah Taala dalam majlis tadi, juga tidak mengucapkan bacaan selawat kepada Nabi mereka di dalamnya, melainkan atas mereka itu ada kekurangannya. Jikalau Allah berkehendak, maka Allah akan menyiksa mereka dan jikalau Allah berkehendak, maka Allah akan mengampunkan mereka."
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dia mengatakan bahawa hadith ini adalah hadith hasan.
12. Mendengar segala penjelasan, bacaan-bacaan, arahan-arahan dan pengajaran dengan teliti dan tenang sambil cuba memahami, mencatit dan mengingati dengan tepat sebelum disampaikan kepada orang lain.
Maksudnya:
"Dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir kerana sesungguhnya mudah-mudahan (diharapkan) orang yang disampaikan itu kepadanya lebih hafaz dan lebih faham dari yang menyampaikan."
(Bukhari dan Muslim)
13. Memohon penjelasan atau mengemukakan pertanyaan selepas diberi peluang atau setelah meminta izin naqib atau naqibah.
o Supaya tidak mengganggu perjalanan majlis.
o Supaya ada sikap menghormati naqib atau naqibah.
14. Jangan mencelah ketika naqib atau sahabat sedang memberi penerangan kecuali dalam perkara yang memerlukan teguran yang segera (seperti membetulkan bacaan yang silap). Ini adalah kerana :
o Supaya tidak mengganggu perjalanan majlis.
o Supaya tidak menghilangkan penumpuan anggota usrah yang lain.
o Kadang-kadang naqib atau sahabat yang sedang bercakap akan kehilangan apa yang hendak disampaikan apabila dicelah ketika dia sedang bercakap.
15. Jangan mengangkat suara tinggi lebih dari keperluan pendengar. Ini adalah perkara yang dilarang oleh Allah Taala sebagaimana firmanNya :
Maksudnya :
"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara kaldai. "
(Luqman : 19)
16. Jangan banyak ketawa kerana hati yang sentiasa berhubung dengan Allah itu bersifat tenang dan serius.
Maksudnya:
"Dari Anas r.a. katanya: "Nabi s.a.w. mengucapkan sebuah khutbah yang saya tidak pernah mendengar suatu khutbah yang saya tidak pernah mendengar suatu khutbah pun seperti itu kerana amat menakutkan. Beliau s.a.w. bersabda: "Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya engkau semua dapat mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya engkau semua akan sedikit ketawa dan banyak menangis."
Para sahabat Rasulullah s.a.w. lalu menutupi wajah masing-masing sambil terdengar suara esakkannya.
(Mutaffaq ‘alaih)
17. Jangan banyak bergurau, kerana umat yang sedang berjuang itu tidak mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam semua perkara:
Ini adalah kerana:
o Supaya hendaklah bergurau di dalam perkara yang benar sahaja.
o Banyak bergurau akan menjadikan majlis usrah bertukar menjadi majlis jenaka, gurau senda atau gelak ketawa.
o Banyak bergurau akan menjadikan majlis usrah kurang bermanfaat.
Maksudnya:
"Saya bergurau tetapi saya tidak berkata sesuatu kecuali kebenaran."
18. Jangan menghisap rokok di dalam tempat diadakan majlis usrah dan kalau ditinggalkan terus adalah terlebih baik.
o Supaya tidak mengganggu sahabat-sahabat yang tidak merokok.
o Supaya tidak mengganggu tuan rumah jika sekirnya ahli keluarga rumah itu sensitif dengan bau asap rokok.
19. Jangan mempersoalkan atau mempertikaikan arahan-arahan yang telah diberikan dengan jelas dan menepati syara’:
Maksudnya:
"Sesungguhnya binasa umat sebelum kamu kerana mereka banyak menyoal (yang tidak berfaedah) dan mereka suka menyalahi Nabi-nabi mereka."
(Mutaffaq ‘alaih)
20. Minta izin dari naqib sebelum keluar dari majlis kerana sesuatu keperluan. Ini adalah kerana.
o Keluar dari majlis tanpa izin adalah perangai orang munafiq.
Maksudnya:
"Sesungguhnya yang benar-benar orang mu’min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadamu (Muhammad), mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu kerana sesuatu keperluan, berilah izin kepada sesiapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah keampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(An-Nur : 62)
21. Jangan sekali-kali bertengkar kerana ia akan merenggangkan ukhuwwah : Sebabnya :
o Sedangkan di antara matlamat usrah ialah untuk memupuk ukhuwwah.
Maksudnya:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu.."
(Al-Hujuraat : 10)
Firman Allah Taala lagi:
Maksudnya:
"Dan taatilah kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantah yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar."
(Al-Anfaal : 46)
22. Sentiasa berusaha di dalam dan di luar majlis usrah untuk mengenali sahabat-sahabat satu usrah.
23. Akhiri majlis dengan membaca Tasbih Kaffarah dan surah Al-‘Ashr secara sedar dan memahami serta menghayati maknanya.
Maksudnya:
"Dari Abu Barzah r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda pada penghabisannya jikalau beliau s.a.w. hendak berdiri dari majlis yang ertinya: "Maha Suci Engkau ya Allah dan saya mengucapkan puji-pujian pada Mu. Saya menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Engkau, saya mohon ampun serta bertaubat padaMu."
Kemudian ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah! Sesungguhnya Tuhan mengucapkan sesuatu ucapan yang tidak pernah Tuan ucapkan sebelum ini. "Beliau s.a.w. bersabda: "Yang demikian itu adalah sebagai kaffarah (penebus) dari apa saja yakni kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan – yang ada di dalam majlis itu."
Di riwayatkan oleh imam Abu Daud juga diriwayatkan oleh imam Hakim iaitu Abu Abdillah dalam kitab Al-Mustadrak dari riwayat Aisyah r.a. dan ia mengatakan bahawa hadith ini adalah shahih isnadnya.
24. Bersalam dan saling bermaaf-maafan selepas selesai majlis.
Maksudnya:
"… dan orang-orang yang menahan marahnya serta memaafkan (kesalahan) orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat demikian.
(Ali Imran : 134)
Firman Allah s.w.t. lagi:
Maksudnya:
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpaling dari orang-orang yang bodoh."
(Al-A’raaf : 199)
25. Terus pulang apabila selesai majlis kecuali ada keperluan yang penting. Ini adalah kerana:
o Memberi peluang kepada tuan rumah untuk berkemas.
o Mungkin tuan rumah letih dan hendak segera berehat atau dia ada urusan lain.
26. Merahsiakan setiap perbincangan, maklumat atau arahan yang telah diputuskan tentang sesuatu perkara itu sebagai rahsia atau setiap perkara yang dikirakan tidak patut untuk disebarkan.
Itulah di antaraadab-adab usrah yang patut menjadi amalan setiap naqib atau naqibah dan setiap anggota usrah supaya matlamat usrah akan tercapai, Insyaallah.
RUKUN-RUKUN USRAH
Usrah menjadi suatu kelaziman di dalam program tarbiyyah harakah kita ini. Ianya mestilah mempereratkan pertalian aqidah dan menanamkan cinta kepada perjuangan, menanggapkan kebenaran walau apa kesusahan yang dihadapi dan diterima oleh seorang mujahid. Rukun usrah itu ialah tiga perkara ianya mestilah diperkukuhkan, sekukuh-kukuhnya iaitu:
1. Al-Ta’aruf iaitu berkenalan.
2. Al-Tafahum iaitu bersefahaman
3. Al-Takaaful iaitu saling bantu membantu.
Rukun Pertama:
Iaitu Al-Ta’aruf ertinya berkenalan secara paling mendalam yang menimbulkan kasih sayang dengan tujuan Al-Hubbufillah. Sebagaimana firman Allah Taala:
Maksudnya:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…"
Dan Sabda Rasulullah s.a.w.:
Maksudnya:
"Orang yang beriman dengan orang yang beriman yang lain laksana satu binaan, saling kuat-menguat di antara setengah dengan setengah yang lain."
Sabda Rasulullah s.a.w. lagi:
Maksudnya:
"Kami mengasihi saudara kerana dia adalah saudara pada jalan Allah."
Di samping itu sikap mahabbah mesti dibuktikan dalam amalan dan penghayatan bukan sekadar teori semata-mata.
Al-Ta’aruf iaitu kenal mengenal daripada bab mufa’alah (daripada dua belah pihak) Salbi dan i~jabi (memberi dan menerima). Kenal yang benar-benar, tahu selok-belok tentang saudara kita, supaya kita membuat dan bertindak untuk mengarah sesuatu yang sesuai dengannya.
Rukun Kedua – Al-Tafahum ertinya bersefahaman
Al-Tafahum daripada bab mufa’alah juga, adalah menjadi tujuan usrah iaitu supaya membuatkan satu sikap, satu tindakan hasil daripada sama-sama faham, sama-sama beramal iaitu sama-sama menjalankan perintah Allah, tunduk kepada kebenaran, muhasabah diri, muhasabah sama-sama jama’ah dan disusuli dengan nasihat menasihati di antara saudara, (Ad-Dinul Nasihah). Awas jangan sama sekali nasihat menasihati ini menimbulkan apa-apa perasaan yang tidak senang kepada salah satu daripada yang lain, baik yang memberi atau yang menerima, cuba renungkan hadith di atas.
Rukun Ketiga – Al-Takaaful iaitu saling bantu membantu atau jamin menjamin
Rukun ini merupakan dasar membela nasib sesama sendiri, supaya jangan ada orang yang terbiar atau terlantar nasibnya tidak terbela, maksud rukun ini ialah anggota usrah hendaklah mengambil berat masalah-masalah yang dihadapi oleh saudaranya. Takaaful ini merupakan pancaran pekerti yang dilahirkan daripada keimanan, dan merupakan intisari dari ukhuwwah yang murni. Cuba saudara-saudara teliti sabda Rasulullah s.a.w.:
Maksudnya:
"Sesungguhnya seseorang kamu pergi menunaikan sesuatu keperluan saudaranya lebih baik baginya daripada beriktikaf dimasjid aku ini selama sebulan."
Dan sabdanya lagi:
Maksudnya:
"Sesiapa yang telah memasukkan kegembiraan iaitu menghilangkan kesusahan dan kesukaran kepada keluarga muslim, maka Tuhan tidak melihat balasan kepadanya selain daripada syurga."
Ini gambaran besar atau kecilnya Al-Takaaful dalam Islam bagi rukun usrah ketiga.
TUGAS DAN KEWAJIPAN NAQIB DAN NAQIBAH USRAH
Naqib adalah bertanggungjawab menyempurnakan pencapaian anggota usrahnya kepada tiga-tiga tujuan asas di atas. Oleh yang demikian cubalah perhatikan arahan-arahan di bawah ini:
1. Pastikan anak buah saudara sekurang-kurangnya mempunyai sebuah Al-Quran dan terjemahannya dan memiliki kitab-kitab, buku-buku, nota-nota atau teks usrah dan pastikan mereka boleh membaca Al-Quran dengan betul.
2. Sistem muhasabah anak-anak buah dengan cara terbuka dihadapan Jamaah atau fardi amatlah perlu. Gunakan kebijaksanaan saudara dengan mengambil kira ( ) iaitu thap demi tahap.
3. Sekiranya majlis usrah perlukan makan minum, pastikan makan minum yang disediakan akan benar-benar ala kadar. Awasilah supaya majlis usrah tidak menjadi majlis jamu selera.
4. Kesempurnaan beribadat seperti sembahyang, puasa, zakat dan ibadat-ibadat nawafil semuanya menjadi tuntutan pertama jamaah kita. Pastikan anak buah anda benar-benar mengerti dan mengamalinya. Anjurkan sekali sekala ibadat nawafil jama’i seperti qiamuallail, puasa zakat harta dan lain-lain.
5. Mana-mana jamaah ada kelemahannya, gunakan kebijaksanaan dalam memilih tajuk usrah supaya dapat mengubati kelemahan yang wujud dalam diri anak buah anda dengan memilih tajuk yang sesuai dengan suasana anak buah anda, contohnya sekiranya usrah anda lemah dalam ikatan persaudaraan atau tidak cukup mesra maka jadikan tajuk usrah persaudaraan dan tuntutannya dalam Islam, dan sekiranya ada kelemahan dalam istiqamah maka jadikan tajuk usrah istiqamah dalam Islam, begitulah seterusnya.
6. Adalah menjadi tugas utama saudara mencungkil bakat-bakat yang terpendam dalam organisasi kita, mereka mempunyai kebolehan di dalam menulis kertas kerja dan mengajar, ceramah dan lain-lainnya mestilah diasah bakatnya di dalam usrah.
7. Anda mestilah mengalakkan anak buah anda membaca buku-buku ilmiah, pengetahuan termasuklah majalah-majalah, surat khabar, kertas kerja, kajian ilmiah dan lain-lainnya. Tugaskan mereka membuat ringkasan dalam usrah, khususnya buku-buku keluaran jamaah kita termasuklah kaset-kaset rakaman syarahan pimpinan parti.
8. Anggota usrah yang sedia ada hendaklah ditugaskan mengadakan kelompok-kelompok usrah yang baru, mereka ditugaskan memimpinnya. Anda hendaklah menjadi penyelia kepada kelompok-kelompok baru itu.
9. Di peringkat permulaan dinasihatkan supaya setiap usrah mempunyai kitab atau teks yang tertentu. Sekiranya perlu, jamaah hendaklah membeli kitab-kitab rujukan tersebut.
10. Usahakan sedaya upaya usrah mempunyai tabung, setiap kali berusrah hendaklah dipungut derma walaupun kadar yang paling sedikit.
11. Sekali sekala anjurkan perkelahan di tempat-tempat yang difikirkan munasabah seperti di tepi pantai di sungai, di pedalaman dan ziarah tempat-tempat bersejarah atau tokoh-tokoh jamaah kita khususnya ulamak-ulamak. Jadikan muhasabah ini suatu peluang mengenali rakan seperjuangan saudara dari dekat.
12. Adalah amat berguna sekiranya naqib mempunyai nota atau diari, khususnya mengenai anggota usrah. Diari ini mengandungi maklumat-maklumat yang membolehkan ketua saudara mengenali rakan-rakan seperjuangan saudara dan mengetahui kebolehan, keistimewaan kedudukan serta iltizam usrah saudara.
13. Naqib bertanggungjawab mengembang dan mengikuti perkembangan kemajuan saksiyyah anggota usrah.
Adab ( ) mestilah dijaga jangan sama sekali berlaku jadar (berbalah) dan perbincangan yang tidak berguna sehingga terkeluar daripada adab seperti mengeluarkan suara nyaring.
Usrah : Pengenalan, Tujuan dan Pelaksanaan.
Pengenalan
Usrah dalam bahasa Arab ialah keluarga.
Maksud perkataan usrah dalam pengertian kita ialah kumpulan Afradul Muslimin (individu-individu muslim) yang beriman dengan agama ini, berusaha tolong menolong antara satu dengan yang lain untuk memahami dan menghayati Islam.
Bilangan kehadiran adalah terhad diperingkat-peringkat tertentu, seperti peringkat Majlis Syura, ahli-ahli Jawatankuasa Utama, dan lujnah-lujnah.
Tempat Usrah
Usrah boleh diadakan di rumah anggota usrah dengan cara bergilir-gilir atau di masjid, di surau, di musalla atau sebagainya.
Tujuan Usrah
Majlis usrah mempunyai beberapa tujuan, di antaranya:
1. Meningkatkan kefahaman anggota-anggota dan menentukan sikap Islam terhadap satu-satu masalah.
2. Menambahkan penghayatan dan menimbulkan perasaan tanggungjawab terhadap ajaran Islam secara peribadi dan jama’ah.
3. Membina satu generasi Islam yang mengenali Islam sebagai "Din wa Daulah", menghayatinya di dalam kehidupan peribadi, menjadikan azam dan cita-cita serta tindakan mendawahkannya sebagai sistem hidup dalam keluarga, masyarakat dan negara.
4. Membina generasi Islam yang menegakkan akhlak Islamiyyah di dalam kehidupan diri dan sensitif terhadap segala perkara yang tidak Islamik.
5. Membina generasi Islam yang insaf dan sedar akan cabaran dan godaan yang berbagai bentuk yang mengancam kemurniaan Islam.
6. Mendidik perasaan anggota supaya bertanggungjawab terhadap Allah dan RasulNya.
7. Menghubungkan anggota secara langsung dengan Al-Quran dan Al-Sunnah.
8. Mengikhlaskan diri anggota kepada Allah, demi untuk mencari keredhaannnya, mengharapkan pahala dan merasa gerun dengan siksaanNya. Bukan kerana segan dengan naqib usrah atau kumpulannya tetapi kerana ketaatan kepada Allah. Oleh itu setiap anggota hendaklah membetulkan niatnya kemudian diikuti dengan amalan sekalipun tanpa arahan dari sesiapa.
9. Menggiatkan dan menyelaraskan usaha mempelajari dan memahami Islam di kalangan anggota.
10. Menyediakan tenaga yang benar-benar bersedia untuk Islam demi kepentingan gerakan Islam.
11. Memelihara organisasi dari dimasuki pemikiran yang keliru, sumbang dari musuh.
12. Memperkukuhkan perasaan bersaudara dan memupuk semangat bertindak secara jamaah.
Perlaksanaan
1. Usrah diadakan pada tiap-tiap minggu atau tiap-tiap dua minggu sekali dan merupakan program tarbiyyah yang tetap.
2. Majlis usrah dikendalikan oleh seorang naqib atau naqibah.
3. Sembahyang berjamaah, berwirid, membaca Al-Quran adalah rukun utama majlis usrah.
4. Sebaik-baiknya majlis usrah adalah mengikut cara di bawah ini:
1. Bermula dengan sembahyang (maghrib) berjemaah.
2. Berwirid dengan Al-Mathurat (1)
3. Membahas dan mengkaji kertas-kertas kerja dan sebagainya, yang telah disediakan oleh naqib atau naqibah.
5. Majlis usrah mestilah mempunyai tajuk yang tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahuludan dimaklumkan kepada anggota, sebaik-baiknya telah ditentukan bahan rujukan atau teksnya.
6. Sesudah berbincang dan berbahas dan bertukar-tukar fikiran dengan teliti, maka majlis mengambil satu keputusan atau rumusan yang menjadi pegangan kepada semua dan usrah ditegah sama sekali ditamatkan tanpa menghasilkan sesuatu persetujuan. Perbahasan boleh dilanjutkan kepada beberapa siri usrah sehingga dapat rumusan yang bulat dan konkrit, sekiranya tajuk perbahasan merupakan isu pokok dan memerlukan kepada pandangan pimpinan yang lebih tinggi, maka hendaklah dirujuk kepada peringkat yang lebih bertanggungjawab dalam jamaah.
7. Tajuk yang akan diusrahkan pada minggu akan datang ditentukan oleh naqib atau menurut ketetapan bersama atau menurut arahan pimpinan.
8. Sebahagian daripada waktu usrah hendaklah diperuntukkan khusus kepada organisasi dan hal ehwal semasa dan perkembangan perjuangan umat Islam di dalam dan luar negara.
9. Usrah dikehendaki bersurai disekitar jam 11 malam, sesudah membaca tasbih kaffarah dan suratul Al’’Ashr.
ADAB-ADAB USRAH
Di antara adab-adab usrah itu adalah seperti berikut:
1. Mengikhlaskan niat hanya kepada Allah
Maksudnya:
"Dan tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya semua menyembah Allah, dengan tulus ikhlas menjalankan agama untukNya semata-mata, berdiri lurus dan menegakkan solat serta menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang benar."
(Al-Bayyinah : 5)
Sabda Rasulullah s.a.w
Maksudnya:
"Hanya segala amal itu dengan niat dan hanya bagi tiap-tiap seseorang itu apa yang dia niatkan."
(Muttafaq ‘alaih)
2. Meminta izin untuk masuk serta memberi salam sebelum memasuki rumah anggota atau tempat diadakan majlis usrah. Firman Allah Taala:
Maksudnya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah engkau semua memasuki rumah yang bukan rumah-rumah mu sendiri, sehingga engkau semua meminta izin terlebih dahulu serta mengucapkan kepada ahlinya (orang yang ada di dalam)."
(An-Nur : 27)
3. Datang ke majlis tepat pada waktu yang dijanjikan atau ditetapkan.
Sabda Rasulullah s.a.w.
Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tanda orang munafiq itu tiga, iaitu jikalau berkata dia berdusta, jikalau berjanji dia memungkiri dan jikalau di amanahkan dia khianat."
Ia menambah di dalam riwayat Muslim:
"Sekalipun dia berpuasa dan bersembahyang dan mengaku dirinya orang Islam."
(Muttafaq ‘alaih)
4. Datang ke majlis dalam keadaan berwuduk dan memakai pakaian yang sopan, bersih, suci serta sempurna.
Maksudnya :
Dari Abu Malik Al-Asy’ari r.a. katanya : "Rasulullah s.a.w. bersabda : "Bersuci itu separuh dari keimanan."
(Muslim)
Sabda Rasulullah s.a.w. lagi :
Maksudnya :
"Dari Usman bin Affan r.a. katanya : "Rasulullah s.a.w. bersabda : "Barangsiapa yang berwuduk lalu memperbaguskan wuduknya (menyempurnakan sesempurna mungkin) maka keluarlah kesalahan-kesalahannya sehingga keluarganya itu sampai dari bawah kuku-kukunya : "
(Muslim)
Perkara ini diperlukan supaya :
o Senang untuk mendirikan solat.
o Memudahkan apabila memegang Al-Quran dan ayat-ayatnya dalam teks usrah.
o Jauh dari gangguan syaitan… dapat berbincang tanpa dipengaruhinya.
5. Jika ada yang tidak dapat hadir kerana uzur syar’ie, hendaklah segera memberitahu kepada naqib atau naqibah sekurang-kurangnya kepada sahabat yang menjadi tuan rumah. Hal ini bertujuan untuk:
o Melatih dari bertanggungjawab dalam setiap kerja.
o Supaya naqib dan sahabat tidak tertunggu-tunggu.
o Supaya dapat mengelakkan prasangka yang tidak baik.
o Supaya makanan yang disediakan oleh tuan rumah tidak berlebihan.
6. Datang ke majlis dengan persiapan yang telah diamanahkan setelah kita sanggup untuk menunaikannya. Firman Allah s.w.t:
Maksudnya:
"Dan penuhilah perjanjian kerana sesungguhnya perjanjian itu akan ditanya."
(Al-Isra’ : 34)
* * * * Dan hadith di dalam adab yang ke 3 * * * *
Perkara ini diperlukan adalah:
o Supaya majlis usrah itu berjalan sebagaimana yang dirancang.
o Berlatih menunaikan amanah yang kecil sebelum diberi amanah yang lebih besar.
o Supaya menjadi pendorong dan contoh kepada sahabat yang kemudian.
Kegagalan kita berbuat demikian dibimbangkan akan menjadi alasan kepada sahabat yang lain untuk tidak membuat persiapan di masa akan datang.
7. Membawa dan menyediakan keperluan-keperluan yang diperlukan di dalam majlis usrah seperti Al-Quran, teks usrah, buku-buku catitan, Al-Mathurat (jika perlu) dan lain-lain yang diperlukan. Ini kerana;
o Supaya majlis usrah berjalan dengan lancar.
o Kegagalan berbuat demikian akan mengganggu sahabat yang dikongsi teksnya.
8. Datang ke majlis dengan hasrat untuk mengukuhkan ukhuwwah dan berkasih sayang kepada Allah.
Maksudnya:
"Dari Abu Hurairah r.a. katanya : "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah Taala berfirman pada hari Qiamat "Manakah orang-orang yang saling cinta mencintai kerana keagunganKu? Pada hari ini mereka itu akan Aku beri naungan pada hari tiada naungan melainkan naunganKu sendiri."
(Muslim)
9. Berazam untuk mendapatkan ilmu dan kefahaman bagi diamalkan dan disampaikan kepada orang lain… kecuali perkara yang rahsia.
Maksudnya:
"Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan di situ, maka Allah akan memudahkan baginya suatu jalan untuk menuju ke syurga."
(Muslim)
10. Duduk dengan bersopan santun
Kerana majlis itu adalah majlis zikrullah dan dihadiri sama ileh para Malaikat.
Maksudnya:
"Dan tunduklah sayapmu bersikap sopan santunlah terhadap orang mukminin."
(Al-Hijr : 88)
Sabda Rasulullah s.a.w.:
Maksudnya:
"… dari Abu Hurairah r.a. dan Abu Said r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada suatu kaum pun duduk-duduk sambil berzikir kepada Allah melainkan di kelilingi oleh para Malaikat dan ditutupi oleh kerahmatan serta turunlah kepada mereka itu ketenangan di dalam hati mereka dan Allah mengingatkan mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisinya yakni di sebut-sebutkan hal ehwal mereka itu di kalangan para Malaikat."
11. Mendahului majlis dengan membaca Al-Fatihah dan berselawat kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Maksudnya :
"Dan daripada (Abu Hurairah) dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Tiada sesuatu kaum pun yang duduk di suatu majlis yang mereka itu tidak berzikir kepada Allah Taala dalam majlis tadi, juga tidak mengucapkan bacaan selawat kepada Nabi mereka di dalamnya, melainkan atas mereka itu ada kekurangannya. Jikalau Allah berkehendak, maka Allah akan menyiksa mereka dan jikalau Allah berkehendak, maka Allah akan mengampunkan mereka."
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dia mengatakan bahawa hadith ini adalah hadith hasan.
12. Mendengar segala penjelasan, bacaan-bacaan, arahan-arahan dan pengajaran dengan teliti dan tenang sambil cuba memahami, mencatit dan mengingati dengan tepat sebelum disampaikan kepada orang lain.
Maksudnya:
"Dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir kerana sesungguhnya mudah-mudahan (diharapkan) orang yang disampaikan itu kepadanya lebih hafaz dan lebih faham dari yang menyampaikan."
(Bukhari dan Muslim)
13. Memohon penjelasan atau mengemukakan pertanyaan selepas diberi peluang atau setelah meminta izin naqib atau naqibah.
o Supaya tidak mengganggu perjalanan majlis.
o Supaya ada sikap menghormati naqib atau naqibah.
14. Jangan mencelah ketika naqib atau sahabat sedang memberi penerangan kecuali dalam perkara yang memerlukan teguran yang segera (seperti membetulkan bacaan yang silap). Ini adalah kerana :
o Supaya tidak mengganggu perjalanan majlis.
o Supaya tidak menghilangkan penumpuan anggota usrah yang lain.
o Kadang-kadang naqib atau sahabat yang sedang bercakap akan kehilangan apa yang hendak disampaikan apabila dicelah ketika dia sedang bercakap.
15. Jangan mengangkat suara tinggi lebih dari keperluan pendengar. Ini adalah perkara yang dilarang oleh Allah Taala sebagaimana firmanNya :
Maksudnya :
"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara kaldai. "
(Luqman : 19)
16. Jangan banyak ketawa kerana hati yang sentiasa berhubung dengan Allah itu bersifat tenang dan serius.
Maksudnya:
"Dari Anas r.a. katanya: "Nabi s.a.w. mengucapkan sebuah khutbah yang saya tidak pernah mendengar suatu khutbah yang saya tidak pernah mendengar suatu khutbah pun seperti itu kerana amat menakutkan. Beliau s.a.w. bersabda: "Andaikata engkau semua dapat mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya engkau semua dapat mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya engkau semua akan sedikit ketawa dan banyak menangis."
Para sahabat Rasulullah s.a.w. lalu menutupi wajah masing-masing sambil terdengar suara esakkannya.
(Mutaffaq ‘alaih)
17. Jangan banyak bergurau, kerana umat yang sedang berjuang itu tidak mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam semua perkara:
Ini adalah kerana:
o Supaya hendaklah bergurau di dalam perkara yang benar sahaja.
o Banyak bergurau akan menjadikan majlis usrah bertukar menjadi majlis jenaka, gurau senda atau gelak ketawa.
o Banyak bergurau akan menjadikan majlis usrah kurang bermanfaat.
Maksudnya:
"Saya bergurau tetapi saya tidak berkata sesuatu kecuali kebenaran."
18. Jangan menghisap rokok di dalam tempat diadakan majlis usrah dan kalau ditinggalkan terus adalah terlebih baik.
o Supaya tidak mengganggu sahabat-sahabat yang tidak merokok.
o Supaya tidak mengganggu tuan rumah jika sekirnya ahli keluarga rumah itu sensitif dengan bau asap rokok.
19. Jangan mempersoalkan atau mempertikaikan arahan-arahan yang telah diberikan dengan jelas dan menepati syara’:
Maksudnya:
"Sesungguhnya binasa umat sebelum kamu kerana mereka banyak menyoal (yang tidak berfaedah) dan mereka suka menyalahi Nabi-nabi mereka."
(Mutaffaq ‘alaih)
20. Minta izin dari naqib sebelum keluar dari majlis kerana sesuatu keperluan. Ini adalah kerana.
o Keluar dari majlis tanpa izin adalah perangai orang munafiq.
Maksudnya:
"Sesungguhnya yang benar-benar orang mu’min ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadamu (Muhammad), mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu kerana sesuatu keperluan, berilah izin kepada sesiapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah keampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(An-Nur : 62)
21. Jangan sekali-kali bertengkar kerana ia akan merenggangkan ukhuwwah : Sebabnya :
o Sedangkan di antara matlamat usrah ialah untuk memupuk ukhuwwah.
Maksudnya:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, kerana itu damaikanlah antara kedua saudaramu.."
(Al-Hujuraat : 10)
Firman Allah Taala lagi:
Maksudnya:
"Dan taatilah kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantah yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar."
(Al-Anfaal : 46)
22. Sentiasa berusaha di dalam dan di luar majlis usrah untuk mengenali sahabat-sahabat satu usrah.
23. Akhiri majlis dengan membaca Tasbih Kaffarah dan surah Al-‘Ashr secara sedar dan memahami serta menghayati maknanya.
Maksudnya:
"Dari Abu Barzah r.a. katanya, Rasulullah s.a.w. bersabda pada penghabisannya jikalau beliau s.a.w. hendak berdiri dari majlis yang ertinya: "Maha Suci Engkau ya Allah dan saya mengucapkan puji-pujian pada Mu. Saya menyaksikan bahawasanya tiada Tuhan melainkan Engkau, saya mohon ampun serta bertaubat padaMu."
Kemudian ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah! Sesungguhnya Tuhan mengucapkan sesuatu ucapan yang tidak pernah Tuan ucapkan sebelum ini. "Beliau s.a.w. bersabda: "Yang demikian itu adalah sebagai kaffarah (penebus) dari apa saja yakni kekurangan-kekurangan atau kesalahan-kesalahan – yang ada di dalam majlis itu."
Di riwayatkan oleh imam Abu Daud juga diriwayatkan oleh imam Hakim iaitu Abu Abdillah dalam kitab Al-Mustadrak dari riwayat Aisyah r.a. dan ia mengatakan bahawa hadith ini adalah shahih isnadnya.
24. Bersalam dan saling bermaaf-maafan selepas selesai majlis.
Maksudnya:
"… dan orang-orang yang menahan marahnya serta memaafkan (kesalahan) orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat demikian.
(Ali Imran : 134)
Firman Allah s.w.t. lagi:
Maksudnya:
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpaling dari orang-orang yang bodoh."
(Al-A’raaf : 199)
25. Terus pulang apabila selesai majlis kecuali ada keperluan yang penting. Ini adalah kerana:
o Memberi peluang kepada tuan rumah untuk berkemas.
o Mungkin tuan rumah letih dan hendak segera berehat atau dia ada urusan lain.
26. Merahsiakan setiap perbincangan, maklumat atau arahan yang telah diputuskan tentang sesuatu perkara itu sebagai rahsia atau setiap perkara yang dikirakan tidak patut untuk disebarkan.
Itulah di antaraadab-adab usrah yang patut menjadi amalan setiap naqib atau naqibah dan setiap anggota usrah supaya matlamat usrah akan tercapai, Insyaallah.
RUKUN-RUKUN USRAH
Usrah menjadi suatu kelaziman di dalam program tarbiyyah harakah kita ini. Ianya mestilah mempereratkan pertalian aqidah dan menanamkan cinta kepada perjuangan, menanggapkan kebenaran walau apa kesusahan yang dihadapi dan diterima oleh seorang mujahid. Rukun usrah itu ialah tiga perkara ianya mestilah diperkukuhkan, sekukuh-kukuhnya iaitu:
1. Al-Ta’aruf iaitu berkenalan.
2. Al-Tafahum iaitu bersefahaman
3. Al-Takaaful iaitu saling bantu membantu.
Rukun Pertama:
Iaitu Al-Ta’aruf ertinya berkenalan secara paling mendalam yang menimbulkan kasih sayang dengan tujuan Al-Hubbufillah. Sebagaimana firman Allah Taala:
Maksudnya:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…"
Dan Sabda Rasulullah s.a.w.:
Maksudnya:
"Orang yang beriman dengan orang yang beriman yang lain laksana satu binaan, saling kuat-menguat di antara setengah dengan setengah yang lain."
Sabda Rasulullah s.a.w. lagi:
Maksudnya:
"Kami mengasihi saudara kerana dia adalah saudara pada jalan Allah."
Di samping itu sikap mahabbah mesti dibuktikan dalam amalan dan penghayatan bukan sekadar teori semata-mata.
Al-Ta’aruf iaitu kenal mengenal daripada bab mufa’alah (daripada dua belah pihak) Salbi dan i~jabi (memberi dan menerima). Kenal yang benar-benar, tahu selok-belok tentang saudara kita, supaya kita membuat dan bertindak untuk mengarah sesuatu yang sesuai dengannya.
Rukun Kedua – Al-Tafahum ertinya bersefahaman
Al-Tafahum daripada bab mufa’alah juga, adalah menjadi tujuan usrah iaitu supaya membuatkan satu sikap, satu tindakan hasil daripada sama-sama faham, sama-sama beramal iaitu sama-sama menjalankan perintah Allah, tunduk kepada kebenaran, muhasabah diri, muhasabah sama-sama jama’ah dan disusuli dengan nasihat menasihati di antara saudara, (Ad-Dinul Nasihah). Awas jangan sama sekali nasihat menasihati ini menimbulkan apa-apa perasaan yang tidak senang kepada salah satu daripada yang lain, baik yang memberi atau yang menerima, cuba renungkan hadith di atas.
Rukun Ketiga – Al-Takaaful iaitu saling bantu membantu atau jamin menjamin
Rukun ini merupakan dasar membela nasib sesama sendiri, supaya jangan ada orang yang terbiar atau terlantar nasibnya tidak terbela, maksud rukun ini ialah anggota usrah hendaklah mengambil berat masalah-masalah yang dihadapi oleh saudaranya. Takaaful ini merupakan pancaran pekerti yang dilahirkan daripada keimanan, dan merupakan intisari dari ukhuwwah yang murni. Cuba saudara-saudara teliti sabda Rasulullah s.a.w.:
Maksudnya:
"Sesungguhnya seseorang kamu pergi menunaikan sesuatu keperluan saudaranya lebih baik baginya daripada beriktikaf dimasjid aku ini selama sebulan."
Dan sabdanya lagi:
Maksudnya:
"Sesiapa yang telah memasukkan kegembiraan iaitu menghilangkan kesusahan dan kesukaran kepada keluarga muslim, maka Tuhan tidak melihat balasan kepadanya selain daripada syurga."
Ini gambaran besar atau kecilnya Al-Takaaful dalam Islam bagi rukun usrah ketiga.
TUGAS DAN KEWAJIPAN NAQIB DAN NAQIBAH USRAH
Naqib adalah bertanggungjawab menyempurnakan pencapaian anggota usrahnya kepada tiga-tiga tujuan asas di atas. Oleh yang demikian cubalah perhatikan arahan-arahan di bawah ini:
1. Pastikan anak buah saudara sekurang-kurangnya mempunyai sebuah Al-Quran dan terjemahannya dan memiliki kitab-kitab, buku-buku, nota-nota atau teks usrah dan pastikan mereka boleh membaca Al-Quran dengan betul.
2. Sistem muhasabah anak-anak buah dengan cara terbuka dihadapan Jamaah atau fardi amatlah perlu. Gunakan kebijaksanaan saudara dengan mengambil kira ( ) iaitu thap demi tahap.
3. Sekiranya majlis usrah perlukan makan minum, pastikan makan minum yang disediakan akan benar-benar ala kadar. Awasilah supaya majlis usrah tidak menjadi majlis jamu selera.
4. Kesempurnaan beribadat seperti sembahyang, puasa, zakat dan ibadat-ibadat nawafil semuanya menjadi tuntutan pertama jamaah kita. Pastikan anak buah anda benar-benar mengerti dan mengamalinya. Anjurkan sekali sekala ibadat nawafil jama’i seperti qiamuallail, puasa zakat harta dan lain-lain.
5. Mana-mana jamaah ada kelemahannya, gunakan kebijaksanaan dalam memilih tajuk usrah supaya dapat mengubati kelemahan yang wujud dalam diri anak buah anda dengan memilih tajuk yang sesuai dengan suasana anak buah anda, contohnya sekiranya usrah anda lemah dalam ikatan persaudaraan atau tidak cukup mesra maka jadikan tajuk usrah persaudaraan dan tuntutannya dalam Islam, dan sekiranya ada kelemahan dalam istiqamah maka jadikan tajuk usrah istiqamah dalam Islam, begitulah seterusnya.
6. Adalah menjadi tugas utama saudara mencungkil bakat-bakat yang terpendam dalam organisasi kita, mereka mempunyai kebolehan di dalam menulis kertas kerja dan mengajar, ceramah dan lain-lainnya mestilah diasah bakatnya di dalam usrah.
7. Anda mestilah mengalakkan anak buah anda membaca buku-buku ilmiah, pengetahuan termasuklah majalah-majalah, surat khabar, kertas kerja, kajian ilmiah dan lain-lainnya. Tugaskan mereka membuat ringkasan dalam usrah, khususnya buku-buku keluaran jamaah kita termasuklah kaset-kaset rakaman syarahan pimpinan parti.
8. Anggota usrah yang sedia ada hendaklah ditugaskan mengadakan kelompok-kelompok usrah yang baru, mereka ditugaskan memimpinnya. Anda hendaklah menjadi penyelia kepada kelompok-kelompok baru itu.
9. Di peringkat permulaan dinasihatkan supaya setiap usrah mempunyai kitab atau teks yang tertentu. Sekiranya perlu, jamaah hendaklah membeli kitab-kitab rujukan tersebut.
10. Usahakan sedaya upaya usrah mempunyai tabung, setiap kali berusrah hendaklah dipungut derma walaupun kadar yang paling sedikit.
11. Sekali sekala anjurkan perkelahan di tempat-tempat yang difikirkan munasabah seperti di tepi pantai di sungai, di pedalaman dan ziarah tempat-tempat bersejarah atau tokoh-tokoh jamaah kita khususnya ulamak-ulamak. Jadikan muhasabah ini suatu peluang mengenali rakan seperjuangan saudara dari dekat.
12. Adalah amat berguna sekiranya naqib mempunyai nota atau diari, khususnya mengenai anggota usrah. Diari ini mengandungi maklumat-maklumat yang membolehkan ketua saudara mengenali rakan-rakan seperjuangan saudara dan mengetahui kebolehan, keistimewaan kedudukan serta iltizam usrah saudara.
13. Naqib bertanggungjawab mengembang dan mengikuti perkembangan kemajuan saksiyyah anggota usrah.
Adab ( ) mestilah dijaga jangan sama sekali berlaku jadar (berbalah) dan perbincangan yang tidak berguna sehingga terkeluar daripada adab seperti mengeluarkan suara nyaring.
Subscribe to:
Posts (Atom)